lumayan buat nambh postingan :D
Nama: Maulana Hafidz
Ruswandi
Kelas:
12 IPS-3
Fidz,
nyalain lampu! Fidz, kunci pintunya! Fidz, masak nasi! Fidz, beli ini! Fidz,
beli itu, fidz, fidz, fidz, “Hafiiiiiiiiiiiiiidz!!!!!!!!!!!!!, Lu denger gak sih gua nyuruh apa? Cepetan
makanya, jangan klemar-klemer!” itulah potongan kalimat yang sering dilontarkan
oleh kakak saya, sebut saja namanya Vi, ini memang nama samaran, bukan nama
sebenarnya. Kakak saya adalah seorang mahasiswa yang harus mengambil cuti untuk
mengurus sesuatu yang sangat penting, yaitu keluarga, sejak ibu meninggal dan
ayah lari melepas tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, dan ayah saya
kabur ke tempat istri barunya, entah untuk apa, mungkin untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya, tetapi ada yang bilang juga ayah saya kerja, atau pergi ke daerah
saudaranya untuk bekerja dan lainnya, saya tahu itu dari orang-orang sekitar
saya, ayah saya meninggalkan beban hutang bank yang jika dihitung-hitung
jumlahnya malahan lebih beesar hutangnya dibandingkan dana yang dipinjam, dunia
memang kejam. Setiap hari kakak saya yang mengurusi rumah, walaupun tidak
semuanya sih, ibaratkan kakak saya mengurusi rumah itu sekitar tujuh puluh lima
persen dan saya sisanya, walaupun mayoritas yang mengurusi rumah itu kakak
saya, pekerjaan rumah yang lain seperti mencuci piring, mencuci baju,
menyetrika atau menggosok, dan mengepel halaman rumah itu pekerjaan saya,
walaupun saya tidak mengerjakan semuanya.
Jika
dikatakan bahwa kakak saya kasar, jelas tidak, maksudnya tidak salah, karena
saya setiap hari pasti ada saja dimarahinya, karena kesalahan saya juga sih,
terkadang saya menerima apa kesalahan saya dan terkadang juga saya tidak terima
jika saya dimarahi oleh kakak saya. Bayangkan saja sebuah kesalahan kecil
seperti lupa mengunci pintu dan mematikan lampu misalkan, itu saya akan
dimarahi oleh kakak saya karena hal tersebut, dan sekali lagi itu membuat saya
amat jengkel. Terkadang juga saya ketika sedang mendapatkan mood untuk
mengerjakan tugas-tugas saya, dan tiba-tiba kakak saya menyuruh saya untuk
mengeerjakan yang sebenarnya masih bisa dikerjakan oleh kakak saya, contohnya
membelikan pulsa, anehnya saya malah saya menuruti apa perintah kakak saya,
jika saya tidak menuruti apa perkataan kakak saya sudah pasti kakak saya akan
marah kepada saya dan akhirnya mood saya untuk mengerjakan tugas hilang semua
tak tersisa, lalu marah-marah selanjutnya yang paling saya jengkelkan itu
ketika di pagi hari dan saya bersiap-siap berangkat menuju sekolah, saya belum
mengenakan celana ketika saat itu karena saya sedang menyetrika celana saya
yang akan dipakai kesekolah dan tiba-tiba kakak saya menggedor-gedor pintu
kamar saya dan membuat saya kaget,
pertamanya saya bilang nanti dulu, lalu kakak saya menjawab “ cepetan
Fiiidz!!!!” sontak saya terburu-buru dan sepertinya saya lupa menggosok celana
saya di bagian yang lain, ketika saya buka, ternyata kakak saya menanyakan lagu
dan meminta lagu tersebut, entah mungkin perkataan saya yang salah, sehhingga
membuat kakak saya marah lagi dan berkata “KALO LOE GAK IKHLAS YAUDAH, BILANG
DONG!!!” dan saya hanya bisa bersabar tanpa mengatakan apapun, lalu saya pamit
kesekolah.
Lalu
marah-marah berikutnya, ketika saya disuruh oleh kakak saya untuk membeli
sebuah lauk makanan, dan yang saya belikan itu tidak pas dengan yang kakak saya
pesan, lalu kakak saya memulai marah lagi dengan terdiam, melihat saya dengan
tatapan sinis, muka penuh amarah, dan lain sebagainya seperti orang yang amat
sangat marah, lalu saya mengatakan argumen saya mengapa saya membelikan lauknya
tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kakak saya, dan saya mengatakan
bahwa lauk yang kakak pesan itu sudah habis dan sedang tidak ada, tetapi kakak
saya tetap marah dan pergi ke tempat apotek peninggalan ibu saya untuk melayani
orang-orang yang ingin membeli obat.
Selalu
saya terdiam ketika kakak saya memarahi saya, karena inilah tanda saya untuk
menghormati kakak saya, saya selalu mencoba untuk tidak mengeluh, nyeleneh,
melawan, dan lain sebagainya, saya hanya diam dan berfikir untuk kedepannya
nanti dan juga memikirkan cara memperbaiki kesalahan saya, saya terdiam bukan
berarti tak tahu apa-apa, melainkan saya memainkan logika saya, dan juga otak
yang selalu saya gunakan untuk berfikir.
Jika
dilihat-lihat yah, ternyata kakak saya pun memiliki rasa malas juga, saya tahu,
ini adalah manusiawi, tetapi semalas-malasnya orang pasti ia akan rajin juga,
sama seperti kakak saya dan saya, mungkin tidak hanya kami, setiap manusiapun
pasti akan seperti itu pula, memiliki rasa malas dan tergantung bagaimana cara
mengendalikannya.
Walaupun
kakak saya sering marah-marah, itu juga pastinya demi kebaikan bersama juga,
dari kebersihan, sikap dan perilaku, sampai cara perawatan barang. Dan mungkin
marah-marah adalah cara penyampaian rasa kasih sayang yang kita kenal kasar,
setidaknya sebelum melakukan sebuah tindakan kita harus memikirkan bagaimana
reaksi nanti setelah kita marahi,setidaknya kita harus mencoba untuk mengerti
bagaimana perasaannya sekarang dan nantinya juga, janganlah lebih mengutamakan
diri sendiri walaupun anda banyak di egoiskan.
Memang
saya masih menyayangi mamah saya, sebaik-baiknya kakak saya masih baikkan mamah
saya, walaupun mamah saya telah tiada. Jika
kita lihat dari sisi kehidupan, ternyata dunia ini tidaklah datar seperti
piring, terkadang kita harus bertemu dengan yang permukaannya kasar, lembut,
sampai permukaan yang tidak dapat dirasakan, hidup ini indah namun hidup ini
buruk terkadang, hidup itu didalam dunia, dunia ini (terkadang) indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar